Pengalaman Buruk Saya Menjadi Freelance Illustrator di Fiverr
Mungkin ada sebagian dari kalian para pembaca blog ini yang sudah tahu kalau saat ini saya bekerja sebagai freelance illustrator yang menjajakan jasanya di sebuah marketplace layanan freelance yang bernama Fiverr. Situs ini sangat direkomendasikan untuk para freelancer pemula yang masih meraba-raba cara mengais pundi-pundi uang dengan menawarkan jasa freelance.
Dulu saya pernah membaca postingan di grup Facebook Fiverr Seller Indonesia yang isinya mewanti-wanti kalau Fiverr itu keras dan tak seindah yang dibayangkan oleh para newbie seperti saya.
Mungkin banyak newbie yang beranggapan kalau freelance itu pekerjaan yang enak dan menjadi impian banyak orang. Bagaimana tidak, jika kita bekerja normal seperti kebanyakan orang pasti kita selalu terikat dengan waktu dan tempat kerja yang konstan. Sedangkan jika kita bekerja secara freelance, hal tersebut tidak berlaku. Kita bisa bekerja kapanpun dimanapun.
Mungkin banyak newbie yang beranggapan kalau freelance itu pekerjaan yang enak dan menjadi impian banyak orang. Bagaimana tidak, jika kita bekerja normal seperti kebanyakan orang pasti kita selalu terikat dengan waktu dan tempat kerja yang konstan. Sedangkan jika kita bekerja secara freelance, hal tersebut tidak berlaku. Kita bisa bekerja kapanpun dimanapun.
Padahal kenyataannya tak seindah seperti yang dibayangkan oleh orang yang belum pernah terjun dan menjalaninya secara langsung. Dan sekarang saya sudah membuktikan sendiri kalau berjualan jasa di Fiverr itu sama saja seperti kita berjualan di pasar-pasar tradisional yang tentunya akan menghadapi bermacam problematika. Di antaranya yaitu bertemu dengan pembeli yang rese sama seperti yang sedang saya alami sekarang ini.
Oke tanpa banyak basa-basi lagi, sekarang langsung saja saya jelaskan bagaimana kronologi perselisihan saya dengan si buyer rese ini:
- Order tanpa kontak saya terlebih dulu
Saya seringkali merasa gemes dengan buyer yang suka sekonyong-konyong melakukan order tanpa berusaha untuk menghubungi saya melalui chat lebih dulu. Memang dalam hal ini sah-sah saja di Fiverr. Tidak ada keharusan seorang buyer harus menghubungi seller lebih dulu sebelum order.
Namun karena saya sudah mencantumkan note & warning pada deskripsi gig dan order requirements yang berisi permintaan pada buyer yang ingin menggunakan jasa saya agar bersedia menghubungi saya dulu sebelum order, saya jadi bisa menyimpulkan seperti apa karakter yang dimiliki oleh buyer yang suka nyelonong order: kalau gak new buyer di Fiverr ya buyer yang kurang kooperatif.
Namun karena saya sudah mencantumkan note & warning pada deskripsi gig dan order requirements yang berisi permintaan pada buyer yang ingin menggunakan jasa saya agar bersedia menghubungi saya dulu sebelum order, saya jadi bisa menyimpulkan seperti apa karakter yang dimiliki oleh buyer yang suka nyelonong order: kalau gak new buyer di Fiverr ya buyer yang kurang kooperatif.
- Brief yang kurang sesuai dengan style dan jasa yang saya tawarkan
Setelah saya baca brief dan referensi yang dia berikan, ternyata kerjaannya lumayan melenceng dengan servis yang saya tawarkan. Di situ dia meminta saya untuk menggambar (lineart only, tanpa warna) dua karakter yang diubahwujudkan dalam bentuk mug.
- Saya tetap meladeni orderannya
Karena saya takut untuk melakukan cancel order dan merasa masih sanggup untuk menyesuaikan dengan style-nya, maka saya pun menyanggupi untuk mengerjakannya.
- Revisi yang bertubi-tubi
Lalu saya pun mulai bekerja untuk membuat sketsanya, kemudian menunjukkan hasilnya pada buyer guna meminta feedback-nya. Oke, sketsa pertama ternyata masih cukup jauh dari ekspektasinya dan dia pun meminta revisi.
Sayangnya, revisinya tak berhenti sampai di situ saja karena dia sempat meminta beberapa kali revisi. Memang wajar sih kalau dia berulangkali meminta revisi karena memang konsep yang dimiliki buyer tidak biasa bagi saya (baca: aneh), namun bagi saya revisi yang bertubi-tubi ini sangat menguras emosi saya.
Selama saya bekerja di Fiverr, baru kali ini merasakan gelombang revisi yang begitu sporadis. Hemmm, andai dia mengikuti prosedur workflow-ku yang normal, pasti saya akan segera menolak untuk bekerjasama dengannya.
Selama saya bekerja di Fiverr, baru kali ini merasakan gelombang revisi yang begitu sporadis. Hemmm, andai dia mengikuti prosedur workflow-ku yang normal, pasti saya akan segera menolak untuk bekerjasama dengannya.
- Si buyer suka dengan hasil kerja saya dan berinisiatif untuk order lebih banyak lagi
Setelah melalui proses revisi yang berulang kali, buyer pun merasa puas dengan sketsanya, memuja muji saya dan menyatakan niatnya untuk memesan 8 buah karakter lagi.
Waow!
Saya yang sedari awal sudah memendam rasa kesal karena permintaan revisinya yang kurang manusiawi pun merasa syok karena membayangkan alangkah beratnya harus mengerjakan 8 karakter bersama dengan jumlah revisinya yang tentunya juga akan membengkak.
Kemudian saya pun coba membujuk si buyer agar mengesampingkan pembahasan tentang orderan selanjutnya dan fokus menyelesaikan proses lineart/inking 2 karakter tadi saja dulu. Dan untung saja dia bersedia. Huft...!
Saya yang sedari awal sudah memendam rasa kesal karena permintaan revisinya yang kurang manusiawi pun merasa syok karena membayangkan alangkah beratnya harus mengerjakan 8 karakter bersama dengan jumlah revisinya yang tentunya juga akan membengkak.
Kemudian saya pun coba membujuk si buyer agar mengesampingkan pembahasan tentang orderan selanjutnya dan fokus menyelesaikan proses lineart/inking 2 karakter tadi saja dulu. Dan untung saja dia bersedia. Huft...!
- Orderan pertama selesai
Proses inking selesai dan saya pun men-deliver file-filenya ke haribaan si buyer. Di situ dia meminta satu revisi lagi. Oke, saya revisi! Kemudian dia approve dan orderan pertama ini berakhir dengan bintang 5 plus tip (bonus) yang mungkin dia maksudkan sebagai kompensasi jerih payah saya meladeni permintaan revisinya yang bejibun.
Di sini bukannya saya tidak bersyukur sudah diberikan tip oleh buyer, namun saya pribadi lebih prefer mengerjakan proyek yang sesuai dengan scope layanan & style saya yang normal dan dengan jumlah revisi yang sewajarnya saja daripada harus mengerjakan proyek dan revisi seperti yang diberikan oleh buyer ini, meskipun di endingnya dia memberikan tip.
- Si buyer melakukan order kembali
Pasca orderan pertama selesai, saya tidak langsung menghubungi buyer itu kembali karena merasa ogah untuk melanjutkan proyeknya dan berharap dia tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kerjasamanya dengan saya.
Namun harapan hanya tinggal harapan karena ternyata si buyer kembali nyelonong order dan tidak mengindahkan keinginan saya sebelumnya, yaitu berdiskusi dulu lewat chat sebelum melanjutkan proyeknya.
Namun harapan hanya tinggal harapan karena ternyata si buyer kembali nyelonong order dan tidak mengindahkan keinginan saya sebelumnya, yaitu berdiskusi dulu lewat chat sebelum melanjutkan proyeknya.
- Saya menjelaskan pada buyer tentang workflow yang saya gunakan untuk setiap orderan yang masuk
Mengetahui orderan baru dari buyer tersebut, saya pun semakin gondok namun tetap berusaha tenang menahan luapan emosi. Lalu saya pun mengutarakan ke-nggrundel-an saya secara halus dengan cara menunjukkan workflow saya pada dia dan memintanya untuk mengikuti workflow yang saya tawarkan tersebut.
Sebenarnya hal inilah yang ingin saya diskusikan dengannya di kolom chat reguler. Namun karena dia tidak mengindahkannya, saya terpaksa mengungkapkannya di kolom chat orderan ini.
Sebenarnya hal inilah yang ingin saya diskusikan dengannya di kolom chat reguler. Namun karena dia tidak mengindahkannya, saya terpaksa mengungkapkannya di kolom chat orderan ini.
- Buyer mencak-mencak setelah saya beri kultum
Sesuai dengan screenshot di atas, saya berusaha menunjukkan workflow saya dan membujuk buyer agar bersedia melakukan chat reguler (di luar chat orderan) lalu melakukan seluruh tahapan sketsa di sana sebelum beranjak ke tahap orderan.
Namun buyer berkeras hati menolak permintaan saya dan ingin melakukan orderan seperti yang sudah dia lakukan di orderan pertama. Dia menjadi beringas sembari berkilah kalau di Fiverr tidak ada fitur untuk chatting secara reguler (di luar chatting orderan).
Kemudian saya pun mencoba menunjukkan padanya cara melakukan chat reguler baik melalui web desktop maupun melalui aplikasi.
Kemudian saya pun mencoba menunjukkan padanya cara melakukan chat reguler baik melalui web desktop maupun melalui aplikasi.
- Buyer menyuruh saya untuk cancel order
Si buyer meminta saya untuk cancel order karena merasa kecewa dengan treatment yang saya berikan padanya di orderan kedua ini.
- Buyer melakukan cancel order
Saya menerima ajakannya untuk cancel order dan kami pun sukses melakukan cancel order. Horeeeeee, akhirnya....!
- Saya blok dia namun tanpa diduga dia melakukan order kembali
Selepas itu saya pun memblokir dia karena tak ingin bekerjasama dengan buyer semacam dia di masa depan. Tapi duaarrrr, saya kaget dong karena sesaat sebelum saya pencet tombol order tiba-tiba ada notifikasi orderan masuk dan yang order adalah SI BUYER KAMPRET tersebut.
Damn! Apa apaan lagi ini?
- Saya merasa khawatir dan berusaha menghubungi CS Fiverr
Saya membaca di sini dia sebenarnya sangat paham dengan sistem Fiverr yang akan menghukum seller jika terlalu banyak melakukan cancel order. Hukumannya itu berupa turun level dan menurunkan peringkat gig si seller di halaman pencarian Fiverr.
Saya rasa dia sangat memahami itu dan memanfaatkannya untuk memaksa saya mengerjakan orderannya kembali. Seakan-akan dia berkata, “Hayo, kamu pilih mana antara mengerjakan orderan saya atau menanggung risiko jatuhnya reputasi gig-mu?”
Saat ini saya berada di kondisi dilematis dan rasanya yang bisa menengahinya hanya customer service Fiverr. Meskipun pernah membaca postingan di grup Fiverr Seller Indonesia (yang mewanti-wanti kalau CS Fiverr itu biasanya bakal lebih memilih untuk memenangkan buyer daripada seller dalam konflik seperti yang saya alami ini), saya tetap berusaha meminta bantuan CS dan berharap mereka akan memenangkan saya dengan cara cancel order dengan tanpa mempengaruhi statistik gig saya.
- CS Fiverr meminta saya tetap melayani orderan buyer tersebut
Benar postingan yang pernah saya baca di FSI, CS Fiverr berusaha untuk mencegah saya melakukan cancel order dan tetap melayani orderan si buyer. Huft....
Akhir Kata
Di akhir postingan ini saya ingin menegaskan bahwa bekerja secara online itu tak seindah seperti yang banyak dibayangkan orang. Di dunia ini pasti akan selalu ada suka-duka, rintangan dan halangan di sepanjang jalan menuju hilir kita.
Terima kasih sudah membaca curhatan saya sampai habis....! 😀
22 komentar untuk "Pengalaman Buruk Saya Menjadi Freelance Illustrator di Fiverr"
alhamdulillah dan semoga jangan sampe kena client semacam itu
salam kenal
Males sih gambar buat orang yg gk punya respek kayak gitu.
kejadian njengkelin kayak gini selama saya bekerjasama dengan orang non Indo sebenernya jarang sih. makanya, sekalinya ada yang parah gini, saya langsung shock dan tergerak buat mengkonversi pengalaman saya itu menjadi konten blog.
kalo di fiverr itu sistemnya buyer bayar duluan, trus duitnya ditahan sama fiverr dan baru diserahkan ke kita setelah 15 hari orderannya komplit.
maksudnya keluar harus bayar $4 itu gimana ya? kalo cancel ya cancel aja, kita gak jadi dapet duid dari orderannya, dan kita gak harus ganti rugi duidnya.
Mungkin bisa coba bikin akun Fiverr dan langsung ubek² di sana, barangkali ada kategori yang sesuai dengan skillset kamu.
Atau, join grup "Fiverr Seller Indonesia" di Facebook, lalu tanya² aja di sana. Grup itu bagus banget dan anggotanya juga aktif² 👍
Kalo aku dapet yang kek gitu, pasti abis kelar orderannya langsung ku block biar gak nguras energi. Kan gak asik kalo gara2 1 orderan bikin mood buat ngerjain orderan lainnya jadi ilang.