Generasi milenial sangat lekat dengan citra mager, rebahan, dan sejenisnya
yang kesannya suka bermalas-malasan. Begitupun saya yang juga masuk kategori
generasi milenial ini. Apalagi dengan profesi saya yang seorang full time
ilustrator & blogger, yang tentunya mengakibatkan gaya hidup saya
cenderung pasif, kurang punya aktivitas fisik.
Mendekati usia 30-an, saya merasa tubuh ini mulai bermekaran kemana-mana,
sehingga membuat saya makin lama makin tidak nyaman, juga menjadikan saya
merasa kurang bugar. Oleh karena hal tersebut, saya merasa sekarang-lah
saatnya mulai membiasakan berolahraga agar kelak tidak semakin payah ketika
usia saya semakin senja.
Saya pun mulai mencari-cari cara untuk berolahraga demi menjaga kebugaran dan
kesehatan saya. Saya ingin melakukan olahraga yang simpel, gratis, bisa
dilakukan kapan saja dan dimana saja. Sempat berinisiatif menjalani
fitness di sebuah sasana olahraga di tempat yang lumayan jauh dari
rumah, saya merasa kurang sreg. Alasannya:
- Lokasi gym terbilang cukup jauh.
- Harus keluar duit setiap ingin berpeluh mencari keringat.
-
Tidak adanya personal trainer, yang bisa membantu saya memanfaatkan
peralatan olahraga yang ada di gym tersebut (soalnya peralatan olahraga
banyak banget cuy, sampai bingung mau mulai darimana dulu!), sekaligus bisa
membantu saya dalam mencapai target olahraga saya.
-
Tanpa adanya kawan untuk berangkat bersama, saya tidak yakin bakal punya
motivasi yang cukup untuk berangkat ke gym tersebut seorang diri.
Karena beberapa alasan tersebut, saya pun urung melanggengkan olahraga di
gym. Namun selang beberapa waktu, saya dapat ide:
Bagaimana kalau berolahraga dengan modal aplikasi smartphone saja,
yang tentunya lebih simpel, tak perlu keluar uang, bisa dilakukan
kapanpun-dimanapun, dan tanpa adanya kawan pun tak jadi masalah?
Lalu saya pun mulai menjajal beberapa aplikasi fitness yang ada di Play
Store & App Store. Ternyata saya berjodoh dengan cara olahraga seperti ini
karena sudah setahun lebih saya sukses berolahraga dengan cukup ajeg.
Berikut saya bagikan tools apa saja yang saya manfaatkan dalam kegiatan
olahraga saya:
PERANGKAT
1. Smartphone (Android/iPhone)
|
Android & iPhone
|
Dalam aktivitas olahraga ala saya ini, smartphone memegang peranan
terpenting, core of the core! Itu karena semua perangkat dan
aplikasi yang saya gunakan terpusat dan dikontrol melalui smartphone.
Kadang saya menggunakan hp Android saya, meskipun akhir-akhir ini saya selalu
menggunakan iPhone.
Sebenarnya bebas aja sih mau pake smartphone apapun. Android oke, iPhone juga
oke. Keduanya punya banyak pilihan aplikasi olahraga di
store masing-masing yang siap untuk digunakan.
2. Health & Fitness Tracker (Honor Band 5)
|
Honor Band 5
|
Barangkali kalian ada yang bertanya-tanya,
Emang apa sih pentingnya health & fitness tracker?
Kalau menurut saya, fitness tracker sebenarnya gak penting-penting
amat sih. Tanpa menggunakannya, kita tetap bisa berolahraga dengan normal
tanpa kurang suatu apapun. Hanya saja, jujur, setelah membeli Honor Band 5
(fitness tracker yang saya gunakan), saya jadi lebih termotivasi
untuk berolahraga. Statistik aktivitas olahraga yang ditunjukkan oleh Huawei
Health (aplikasi yang terhubung dengan Honor Band 5) berhasil membuat saya
merasa terdorong untuk mencatatkan rekaman aktivitas olahraga setiap hari.
Dan ternyata rasa termotivasi akibat pelacakan aktivitas olahraga yang saya
lakukan tersebut bukan sekedar perasaan saya saja. Fenomena seperti itu
diamini oleh James Clear dalam bukunya,
Atomic Habits
yang sudah saya khatamkan. Menurut James, merekam suatu aktivitas akan
membuat kita lebih bersemangat dan termotivasi untuk menjadikannya kebiasaan
yang dilakukan secara rutin.
Sebagai pemula dalam olahraga, saya tidak ingin membeli
fitness tracker yang mahal-mahal dulu. Kan sayang kalau misalnya udah
beli dan tidak lama berselang ternyata kita tiba-tiba jadi merasa malas
berolahraga. Jadinya, produk smartband besutan Honor inilah
saya pilih untuk saya beli dan gunakan sebagai health & fitness tracker andalan: Honor Band 5.
Ada banyak alasan mengapa gawai ini yang saya pilih, di antaranya yaitu:
Dibandingkan dengan smartwatch, tentunya smartband punya
range harga yang lebih terjangkau. Cukup dengan
budget sekitar 300 ribuan rupiah, kita sudah bisa meminang gelang
pintar yang berkualitas.
-
Desain yang mungil dan cukup stylish
Device yang ramping dan ringan tentunya lebih nyaman digunakan
untuk bergerak bebas dibanding device yang bongsor. Fitness tracker
yang ber-body mungil dan harganya terjangkau juga tak akan
membuat kita waswas terbentur ketika sedang melakukan gerakan-gerakan
cepat nan ekstrim dalam olahraga. Coba aja bayangin alangkah nelangsanya
jika kita menggunakan Apple Watch,, lalu layarnya terbentur dan pecah
ketika kita sedang mules olahraga! Dijamin bakalan pening tujuh
keliling, kecuali kalian sultan, ehe...
Apakah kalian tahu Apple Watch, smartwatch buatan Apple itu punya
baterai yang hanya bisa bertahan sekitar seharian? Bukankah mengesalkan
jika kita harus mengisi daya fitness tracker kita setiap hari?
Tiap hari udah ngecas Android, iPhone, iPad, eh ini
smartwatch / smartband minta diisi dayanya tiap hari
juga...!
Honor Band 5 berdasarkan penggunaan saya selama beberapa bulan ini bisa
bertahan kurang lebih sekitar 5-7 harian sampai saya harus mengisi ulang
dayanya. Pengisian dayanya pun tidak butuh waktu yang terlalu lama. Cukup
dicolokin sekitar sejam aja udah full kok baterainya.
-
Fitur bisa terbilang sangat lengkap
Untuk sekedar memenuhi kebutuhan memantau kesehatan dan olahraga,
smartband seperti Honor Band 5 ini sebenarnya sudah sangat
mumpuni. Tingkat akurasinya cukup oke, pilihan pemantau mode olahraganya
juga banyak. Ada monitor denyut jantung, penghitung langkah, SpO2,
monitor tidur, dan beberapa fitur berguna lainnya.
Setelah penggunaan selama beberapa bulan, saya baru menyadari kalau Honor Band 5
ini punya kekurangan minor terkait akurasi pemantau denyut jantungnya.
Ketika
jantung saya beraktivitas dengan intensitas tinggi, si Honor Band 5 tak mampu
untuk mengejarnya. Seringkali ketika saya berolahraga yang sampai membuat saya
tersengal-sengal kehabisan napas, eh si Honor Band 5 malah tidak menghargai
jerih payah saya karena
heart rate sensor-nya cuma menunjukkan
angka di bawah 100bpm. Padahal dengan intensitas yang cukup tinggi, saya
memperkirakan setidaknya angkanya minimal ada di 150bpm.
Oleh karena itu, saya jadi berkesimpulan kalau sensornya HB5 hanya bisa
mentok di sekitar 170bpm dan gak bakal bisa sampai di angka 180bpm, meskipun
saya menggenjot aktivitas olahraga saya sekeras apapun.
3. True Wireless Stereo (Apple Airpods Gen 2)
|
Airpods 2
|
Dulu saya pernah berpikir dengan penuh sinisme,
Kenapa ya kok ada orang yang mau keluarin duit ratusan ribu, bahkan jutaan
hanya untuk sekedar membeli peranti dengar (headset)?
Padahal fungsi headset kan cuma buat penyambung suara dari
audio source ke telinga kita?
Bukankah headset yang harganya di bawah ratusan ribu sudah bisa
menjalankan fungsi tersebut dengan baik?
Seiring waktu berjalan, saya menyadari kekeliruan pemikiran seperti itu.
Pemikiran saya berubah semenjak saya membeli headset IEM (In Ear Monitor) Knowledge Zenith S3, yang harganya ratusan ribu dan berhasil membuat saya
terperangah karena sanggup memberi pengalaman menikmati audio dengan kualitas
yang membuat gendang telinga saya mengalami orgasme.
|
Knowledge Zenith ZS3
|
KZ ZS3 yang saya miliki tersebut bertipe detachable, yang
artinya bisa dikoneksikan dengan kabel biasa yang menggunakan
koneksi jack 3.5 mm, juga bisa menggunakan kabel bluetooth yang bisa
dibeli secara terpisah.
Mengetahui headset yang saya gunakan punya potensi untuk digunakan
secara wireless, saya pun membeli kabel bluetoothnya agar bisa lebih
fleksibel lagi dalam menggunakan headset tersebut.
Nah, bermula dari pengalaman penggunaan headset dengan koneksi
wireless tersebut, saya pun jadi tergoda untuk meminang
headset TWS (True Wireless Stereo) produksi Apple, yakni Apple
Airpods generasi ke-2.
Dengan harga yang tidak bisa dibilang murah untuk sebuah peranti dengar,
Airpods 2 mampu memberi saya pengalaman mendengarkan audio yang lebih istimewa
lagi. Tak perlu repot-repot mengurai kabel ketika ingin menggunakan
headset, tak perlu berhati-hati karena takut kabelnya putus, dan
berbagai keriweuhan lainnya yang disebabkan oleh kabel.
Dari pengalaman itulah mindset saya berubah total. Saya jadi lebih
memahami alasan orang rela menggelontorkan dana yang tidak sedikit hanya untuk
membeli sebuah alat dengar. Harga membawa kualitas, memberi pengalaman yang
lebih baik.
Back to topic!
Peran apakah yang diemban oleh Airpods 2 dalam komposisi alat penyokong
aktivitas olahraga saya?
Berkat teknologi tanpa kabelnya Airpods 2, saya jadi bisa menggunakannya
ketika berolahraga. Saya menggunakannya untuk mendengarkan instruksi-instruksi
dari aplikasi Adidas Training sekaligus mendengarkan musik, sehingga olahraga
menjadi lebih bersemangat.
APLIKASI
1. Aplikasi Pemandu Olahraga
Ada banyak aplikasi olahraga di Play Store dan App Store yang bisa
menggantikan peran seorang Personal Trainer (PT). Jika
personal trainer di sasana berperan dalam mengatur pola dan menu
olahraga kita, maka aplikasi training juga bisa menjalankan peran
tersebut.
Bukankah melakukan olahraga yang sesuai dengan petunjuk dari para pakar di
bidang olahraga itu lebih baik dibanding jika kita berolahraga secara
asal-asalan tanpa landasan dan prosedur yang jelas?
Saya sendiri sudah pernah menggunakan beberapa aplikasi olahraga, di
antaranya yaitu aplikasi Latihan Rumahan, Nike Training Club (NTC), dan saat
ini Adidas Training yang saya gunakan. Berikut ulasan singkat dari beberapa
aplikasi tersebut:
|
Aplikasi Latihan Rumahan
|
Saya menggunakan aplikasi ini sebagai pemandu olahraga cukup lama, setengah
tahunan lebih, mungkin. Aplikasi ini punya banyak koleksi panduan olahraga
yang bisa dilakukan tanpa alat. Ada yang gratis, ada pula yang berbayar.
Untuk yang berbayar, kita harus berlangganan agar bisa mengakses menu
latihannya. Tapi sebenarnya bisa juga kok membuka menu latihan premium tanpa
harus berlangganan. Caranya yaitu dengan menonton iklan terlebih dulu.
Saya pribadi memilih untuk menggunakan menu latihan yang gratisan saja, karena
menurut saya itu sudah cukup.
|
Aplikasi Nike Training Club
|
Merasa bosan dengan aplikasi Latihan Rumahan, saya ingin mencoba aplikasi
lainnya. Lalu pilihan jatuh ke NTC ini karena nama besar Nike, juga
karena aplikasi ini cukup populer di Play Store & App Store. Sama
halnya dengan aplikasi Latihan Rumahan, NTC juga menawarkan menu latihan
gratis dan berbayar.
Saya menggunakan aplikasi ini hanya sebentar karena ada beberapa latihan
yang suara instruksinya tidak tersedia. Kekurangan yang mungkin sepele,
namun bagi saya sangat fatal karena membuat saya jadi kesulitan untuk
memulai dan mengakhiri pose latihan yang hitungannya berdasarkan durasi
waktu tertentu.
-
Adidas Training by Runtastic
|
Aplikasi Adidas Training
|
Dari namanya kita tentu tahu kalau aplikasi ini adalah aplikasi milik
Adidas, vendor produk olahraga terbesar kedua di dunia setelah Nike.
Sementara ini, saya merasa nyaman dan puas dengan menu latihan yang ada di
aplikasi ini.
Ada beragam program latihan (training plan) yang punya target
spesifik seperti program untuk mendapatkan perut six-pack, menjadi
lebih fit & kuat, menjadi lebih aktif & berenergi, serta beragam
program lainnya. Ada juga workout creator, menu latihan yang bisa
kita sesuaikan lama durasi waktu latihannya dan bagian tubuh mana yang
menjadi fokus latihannya.
Selain latihan gratisan, juga ada opsi latihan premium yang bisa diakses
dengan cara berlangganan seperti halnya dua aplikasi olahraga sebelumnya.
2. Music Player (Spotify/Youtube Music/Apple Music)
|
Aplikasi Spotify
|
Berolahraga sembari mendengarkan musik-musik beraliran elektronik atau biasa
dikenal dengan EDM (Electronic Dance Music) terbukti membuat olahraga
saya jadi lebih bersemangat.
Untuk aplikasi pemutar musik, saya terkadang menggunakan Spotify, Apple
Music, ataupun Youtube Music (include di paket berlangganan Youtube
Premium).
Kenapa saya memilih untuk berlangganan aplikasi-aplikasi music streaming
tersebut, alih-alih mengunduh lagu melalui situs-situs
download lagu yang tersebar di penjuru internet (yang tentunya
tidak legal)?
Sudah lama semenjak terakhir kali saya tak lagi melakukan aktivitas download
lagu ilegal di internet. Saya berhenti melakukannya karena beberapa alasan
berikut:
-
Saya ingin lebih menghargai para musisi dengan cara menikmati
karya-karya mereka melalui platform yang legal.
- Pilihan lagu serta playlist yang sangat beragam.
-
Menghemat penyimpanan (storage) gadget-gadget yang saya miliki.
-
Saya bisa mengakses lagu-lagunya di Android, iPhone, iPad, dan Android
TV tanpa hambatan.
-
Dimudahkan dalam melakukan pembayaran langganannya berkat
Jenius.
3. Huawei Health
|
Aplikasi Huawei Health
|
Huawei Health merupakan aplikasi pelacak kesehatan & aktivitas olahraga
untuk perangkat-perangkat Huawei dan Honor. Jadi, untuk membaca data-data yang
didapat oleh Honor Band 5, wajib menginstall aplikasi Huawei Health di
smartphone.
PENUTUP
Yah seperti itulah kira-kira cara saya dalam membiasakan dan menikmati
olahraga yang saya praktikkan sampai saat ini. Tentu saja cara seperti ini
belum tentu cocok digunakan semua orang, karena tiap orang punya kepribadian
dan preferensi yang berbeda-beda soal olahraga.
Saya punya prinsip dalam berolahraga:
-
Yang saya kejar bukanlah target dari aktivitas olahraga, mengurangi berat
badan atau memiliki perut six pack misalnya. Bukan, bukan itu yang
ingin saya capai. Tujuan utama saya dalam berolahraga adalah menjadi orang
yang punya kebiasaan berolahraga dan bergaya hidup sehat. Karena percuma
saja kalau saya olahraga agar memiliki perut layaknya roti sobek, jika
setelah tujuan tersebut tercapai, lalu saya tidak pernah berolahraga lagi.
Bukankah sang perut bakalan membuncit kembali?
-
Tak masalah berolahraga ringan selama 20-30 menit, asalkan dilakukan
secara konsisten. Karena tujuan utama saya ya cuma agar punya kebiasaan
olahraga itu tadi.
Thank you guys for stopping by and stay healthy! 💪
4 komentar untuk "Cara Saya Membiasakan Sekaligus Menikmati Olahraga di Rumah Aja Bermodal Perangkat dan Aplikasi Ini"
buat hasil, aku gak expect macem-macem. yang penting bisa konsisten olahraga aja udah sesuatu banget.